Ditulis oleh
Bayu Andrian
Siapa yang menyangka bahwa benda putih kecil ini punya cerita sepanjang sejarah manusia? Garam, yang sekarang cuma terletak begitu saja di meja makan, ternyata punya perjalanan yang luar biasa.
Dulu, jauh sebelum kulkas ada, nenek moyang kita sudah pintar banget. Orang Mesir dan Sumeria—sekitar 4.000 SM—sudah tahu kalau garam bisa bikin makanan tahan lama. Bayangkan, tanpa pendingin modern, mereka sudah bisa "menyimpan" makanan lebih lama cuma pakai garam!
Garam tidak cuma sekadar bumbu, tapi semacam "emas putih" di masa lalu. Jalur perdagangan garam—seperti Jalur Garam Tibet—jadi pembuka hubungan antar peradaban. Saking pentingnya, orang Romawi bahkan membayar tentaranya pakai garam.
Makanya, kata "gaji" (salary) itu asalnya dari kata Latin "salarium" yang artinya garam. Bukti nyata betapa berharganya garam di masa lalu, sampai-sampai jadi alat pembayaran!
Di Eropa zaman dulu, pajak garam bisa bikin orang pada marah-marah. Pemerintah bisa dapat untung besar cuma dari jual garam. Waktu Revolusi Industri, teknologi baru bikin garam jadi lebih murah dan mudah didapat.
Jadi, garam yang dulu cuma bisa dibeli orang kaya, sekarang bisa dibeli siapa aja. Revolusi industri benar-benar mengubah segalanya, termasuk akses manusia terhadap garam.
Sekarang, garam ada di mana-mana. Industri makanan, kimia, pengawetan—semuanya pake garam. Tapi, hati-hati. Kebanyakan garam ternyata bisa bikin darah tinggi sama masalah jantung.
Intinya, garam itu lebih dari sekadar bumbu. Dia saksi bisu perjalanan manusia, dari zaman batu sampai era digital. Dia sudah nemenin kita, ngasih rasa, ngawetkan makanan, bahkan sampai jadi alasan perang.
Jadi, next time kamu lihat garam, inget—dia bukan cuma bumbu, tapi punya cerita yang panjang dan keren banget! Setiap butiran garam punya kisah tersendiri yang menghubungkan kita dengan sejarah panjang peradaban manusia.
Berlangganan newsletter kami untuk mendapatkan informasi terbaru.